Salam Sapa

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM..... ASSALAAMU'ALAIKUM..... "SELAMAT DATANG KAWAN!"

Thursday, February 16, 2012

Hakikat Kehidupan


Dulu waktu masih sekolah saya penah membaca tulisan cendekiawan  terkemuka M. Quraish Shihab, tapi lupa sumbernya dari buku apa, karena itu saya terinspirasi untuk menuliskannya kembali dengan bahasa sendiri.
Alkisah, ada seorang Tuan yang menyuruh budaknya untuk mencari mutiara  sebanyak-banyaknya di dasar laut, jika si budak berhasil maka Tuan nya akan member hadiah tapi jika gagal maka ia akan mendapat sanksi. Dengan penuh keyakinan si budak pun menyanggupi perintah Tuan nya tersebut. Maka dengan sigapnya si budak pun langsung menyelami lautan sehingga ketika telah sampai di dasar laut dia langsung mencari mutiara. Akan tetapi tidak lama kemudian si budak mulai terpana dengan segala keindahan laut, hal ini dikarenakan keindahan tersebut tak pernah ia dapatkan di daratan. Saking terpananya ia pun melupakan tujuan utamanya menyelam ke dasar lautan, malah ia semakin asyik menikmati dunia laut dengan segala keragamannya. Sampai pada akhirnya ia pun menyadari bahwa tabung gas yang ia bawa hampir habis, ketika itu pula ia pun menyadari bahwa mutiara yang ia kumpulkan baru sedikit, tapi karena tabung gas nya yang hampir habis sehingga ia tidak mempunyai pilihan lain selain kembali ke permukaan. Ketika sedang menuju permukaan tiba-tiba mutiara yang telah ia kumpulkan itu berjatuhan kembali ke dasar laut., ternyata ia lupa mengikat kantung yang berisi mutiara tersebut. Ketika ia menghadap Tuannya dan melaporkan apa yang terjadi, maka si budak pun tak luput dari murka dan amarah Tuannya. Sang budak pun sangat menyesali akan perbuatan nya tersebut, tapi sayang nya penyesalan nya itu tak bisa membebaskan  dirinya dari hukuman yang diberikan Tuan nya.
Kisah tersebut hakikatnya mencerminkan perjalanan hidup kita selaku manusia.  Tuan  adalah Alloh SWT, budak adalah manusia, mutiara itu amal-amal yang harus dikumpulkan, ikat kantung mutiara itu rasa khouf, tabung gas adalah jatah usia, dan kekayaan laut adalah dunia.
Dalam Q.S Al-A’raf  ayat 172 Alloh menyatakan bahwa sebenarnya ketika kita masih dalam rahim  kita telah mengikrarkan diri bahwa Alloh adalah Rabb kita dan kita akan tunduk terhadap segala ketentuanNya.  Dan Alloh pun berfirman dalam Q.S. Adz-Dzariyaat ayat 56 bahwasannya Alloh tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaNya. Secara tegasnya ayat ini adalah perintah dari Alloh bahwa kita wajib untuk menyembahNya.
“Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah” itu maknanya adalah manusia sejak dalam rahim sudah berkomitmen bahwa tujuan hidupnya lahir ke dunia adalah untuk beribadah. Akan tetapi dalam perjalannya, ketika usia semakin beranjak dewasa manusia mulai melupakan ikrarnya tersebut. Hal ini dikarenakan  mereka mulai merasakan betapa indahnya dunia yang mereka tempati mulai dari godaan harta sampai tahta, dan sayang jika mereka melewatkan keindahan tersebut. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kesenangan dunia, yang salah adalah ketika dunia telah menutup mata hati kita sehingga kita lupa tujuan utama kita hidup di dunia.
Begitulah kebanyakan manusia, pada awalnya mereka semangat dalam mengumpulkan amal, tapi karena godaan dunia ditambah kondisi lingkungan keluarga dan masyarakat dimana tempat ia berpijak sangat buruk maka semangat mengumpulkan amal pun sedikit-sedikit mulai terkikis.
Hingga saat menjelang mautnya, manusia mulai menyadari bahwa jatah usianya segera berakhir padahal amal yang dikumpulkannya baru sedikit. Buruknya lagi, amal sedikit yang telah dikumpulkannya itu terhapus karena ketiadaan sifat khauf dalam dirinya. Ia terlalu takabbur dan riya’ atas amal yang telah diperbuatnya. Ia lupa bahwa ia bisa beramal itu semata-mata karena rahmat alloh bukan karena kuasa dirinya.
Hingga pada akhirnya manusia pun harus menghadap Rabb nya dan mempertanggungjawabkan atas ikrar yang dahulu ia ucapakan sebelum lahir ke dunia. Bagi sebagian manusia yang tidak mampu mempertanggungjawabkannya lantaran ketiadaan amal kebaikan yang bisa dikumpulkan, mereka mendapat murka Alloh SWT. Mereka sangat menyesal atas perbuatannya serta berharap mendapat ampunan. Akan tetapi penyesalan itu tidak berguna sedikitpun untuk meringankan hukuman yang mereka terima berupa siksa neraka.
Ikhwaty fillah, sebelum ajal menjemput kita marilah kita renungkan kembali siapa diri kita? untuk apa kita hidup? Dan hendak kemana kita berlabuh?. Sebagaimana salah seorang sahabat berkata: “Hisablah diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab (sebelum masa hisab yang sebenarnya itu tiba)”
Wallohu A’lam BishShowwab

No comments:

Post a Comment