Dulu waktu masih sekolah saya penah membaca tulisan
cendekiawan terkemuka M. Quraish Shihab,
tapi lupa sumbernya dari buku apa, karena itu saya terinspirasi untuk
menuliskannya kembali dengan bahasa sendiri.
Alkisah, ada seorang Tuan yang menyuruh budaknya untuk
mencari mutiara sebanyak-banyaknya di
dasar laut, jika si budak berhasil maka Tuan nya akan member hadiah tapi jika
gagal maka ia akan mendapat sanksi. Dengan penuh keyakinan si budak pun
menyanggupi perintah Tuan nya tersebut. Maka dengan sigapnya si budak pun
langsung menyelami lautan sehingga ketika telah sampai di dasar laut dia
langsung mencari mutiara. Akan tetapi tidak lama kemudian si budak mulai
terpana dengan segala keindahan laut, hal ini dikarenakan keindahan tersebut
tak pernah ia dapatkan di daratan. Saking terpananya ia pun melupakan tujuan
utamanya menyelam ke dasar lautan, malah ia semakin asyik menikmati dunia laut
dengan segala keragamannya. Sampai pada akhirnya ia pun menyadari bahwa tabung
gas yang ia bawa hampir habis, ketika itu pula ia pun menyadari bahwa mutiara
yang ia kumpulkan baru sedikit, tapi karena tabung gas nya yang hampir habis
sehingga ia tidak mempunyai pilihan lain selain kembali ke permukaan. Ketika
sedang menuju permukaan tiba-tiba mutiara yang telah ia kumpulkan itu
berjatuhan kembali ke dasar laut., ternyata ia lupa mengikat kantung yang
berisi mutiara tersebut. Ketika ia menghadap Tuannya dan melaporkan apa yang
terjadi, maka si budak pun tak luput dari murka dan amarah Tuannya. Sang budak
pun sangat menyesali akan perbuatan nya tersebut, tapi sayang nya penyesalan
nya itu tak bisa membebaskan dirinya
dari hukuman yang diberikan Tuan nya.
Dalam Q.S Al-A’raf
ayat 172 Alloh menyatakan bahwa sebenarnya ketika kita masih dalam
rahim kita telah mengikrarkan diri bahwa
Alloh adalah Rabb kita dan kita akan tunduk terhadap segala ketentuanNya. Dan Alloh pun berfirman dalam Q.S.
Adz-Dzariyaat ayat 56 bahwasannya Alloh tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaNya. Secara tegasnya ayat ini adalah perintah
dari Alloh bahwa kita wajib untuk menyembahNya.
“Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah” itu maknanya
adalah manusia sejak dalam rahim sudah berkomitmen bahwa tujuan hidupnya lahir
ke dunia adalah untuk beribadah. Akan tetapi dalam perjalannya, ketika usia
semakin beranjak dewasa manusia mulai melupakan ikrarnya tersebut. Hal ini
dikarenakan mereka mulai merasakan
betapa indahnya dunia yang mereka tempati mulai dari godaan harta sampai tahta,
dan sayang jika mereka melewatkan keindahan tersebut. Sebenarnya tidak ada yang
salah dengan kesenangan dunia, yang salah adalah ketika dunia telah menutup
mata hati kita sehingga kita lupa tujuan utama kita hidup di dunia.
Begitulah kebanyakan manusia, pada awalnya mereka semangat
dalam mengumpulkan amal, tapi karena godaan dunia ditambah kondisi lingkungan
keluarga dan masyarakat dimana tempat ia berpijak sangat buruk maka semangat
mengumpulkan amal pun sedikit-sedikit mulai terkikis.
Hingga saat menjelang mautnya, manusia mulai menyadari bahwa
jatah usianya segera berakhir padahal amal yang dikumpulkannya baru sedikit.
Buruknya lagi, amal sedikit yang telah dikumpulkannya itu terhapus karena
ketiadaan sifat khauf dalam dirinya. Ia terlalu takabbur dan riya’ atas amal
yang telah diperbuatnya. Ia lupa bahwa ia bisa beramal itu semata-mata karena
rahmat alloh bukan karena kuasa dirinya.
Hingga pada akhirnya manusia pun harus menghadap Rabb nya
dan mempertanggungjawabkan atas ikrar yang dahulu ia ucapakan sebelum lahir ke
dunia. Bagi sebagian manusia yang tidak mampu mempertanggungjawabkannya lantaran
ketiadaan amal kebaikan yang bisa dikumpulkan, mereka mendapat murka Alloh SWT.
Mereka sangat menyesal atas perbuatannya serta berharap mendapat ampunan. Akan
tetapi penyesalan itu tidak berguna sedikitpun untuk meringankan hukuman yang
mereka terima berupa siksa neraka.
Ikhwaty fillah, sebelum ajal menjemput kita marilah kita
renungkan kembali siapa diri kita? untuk apa kita hidup? Dan hendak kemana kita
berlabuh?. Sebagaimana salah seorang sahabat berkata: “Hisablah diri kalian
sendiri sebelum kalian dihisab (sebelum masa hisab yang sebenarnya itu tiba)”
Wallohu A’lam BishShowwab
No comments:
Post a Comment